top of page

Program KIR - Adiwiyata

Divisi - Hatchery | Teknik Pembenihan Ikan

MAN - Purbalingga

Team Divisi Hatchery 2019-2020.jpg

Teknik Pembenihan Ikan

Pengertian Pembenihan

 

Pembenihan ikan adalah ilmu yang mempelajari mengenai kegiatan mengembangbiakkan/memperbanyak/membenihkan ikan secara alami, semi buatan dan buatan. Selain memproduksi benih ikan untuk kegiatan pembesaran ikan, kegiatan pembenihan ikan juga akan menghindari kepunahan komoditas ikan tertentu. engan membenihkan ikan kontinuitas produksi budidaya ikan akan terus berlangsung. Pembenihan ikan diawali dari pengelolaan induk ikan, yang benar, seleksi induk, sesuai dengan standar Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dan proses pemijahan induk, penetasan telur dan perawatan larva serat pendederan benih sesuai dengan kebutuhan produksi sehingga dapat diperoleh hasil budidaya yang optimal.

​

Produksi pembenihan ikan berperan dalam keberhasilan kegiatan pembesaran ikan. Kualitas benih ikan berpengaruh terhadap perkembangan ikan pada saat pembesaran ikan. Selain itu, kegiatan pembenihan ikan akan berperan terhadap rekayasa genetik ikan sehingga dapat menghasilkan strain ikan yang baru.

​

Siklus produksi benih ikan dalam suatu periode usaha pembenihan ikan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan pada setiap sub kompetensi pembenihan ikan. Penyediaan induk, kolam pendederan, kolam induk dan kolam pemijahan harus dihitung berdasarkan skala usaha dengan pertimbangan jenis ikan yang di peliihara. Setiap jenis ikan memiliki sifat dan kebiasaan berbeda baik dalam pemijahan, pakan dan habitat sehingga membutuhkan pengetahuan perilaku setiap jenis ikan.

Rumah Hatchery.jpg

Teknik Pembenihan Ikan.

​

Berikut merupakan teknis pembenihan atau hatchery pada kerapu :

 

A. Pemijahan.

​

  1. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketinggian 1,5 m dan salinitas + 32 ‰.

  2. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan kemposisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara alami.

  3. Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah : | a | HGG 1.000 – 2.000 IU/kg induk. | b | Puberogen 150 – 225 RU/kg induk.

  4. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00 – 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni – September dan bulan Nopember – Januari

  5. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva.

B. Penetasan Telur.

​

Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m3. Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50 – 100 ppm.Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27 – 280C.Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistem air mengalir. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1 – 5 ppm acriflavin untuk mencegah serang bakteri. Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20 – 60 butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 100.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air.Telur akan menetas dalam waktu 18 – 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 – 280C dan kadar garam 30 – 32 ‰.

C. Perkembangan dan Pemeliharaan Larva.

​

Perkembangan Larva :

  • Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari.

  • Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian. Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA yang lebih tingi. Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara bahwa kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan kelangsungan hidup larva.

​​

Pemeliharaan Larva :

  • Larva kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2) setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan dari luar. Umur 3 hari (D3) kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3ekor/ml.

  • Disamping itu ditambahkan pula Phytoplankton chlorella sp dengan kepadatan antara 5.10 – 10 sel/ml. Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16) dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 – 10 ekor/ml plytoplankton 10 – 2.10 sel/ml media.Pada hari kesembilan (D9) mulai diberi pakan naupli artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 – 0,75 ekor/ml media.

  • Pemberian pakan naupli artemia ini dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25) dengan peningkatan kepadatan hingga mencapai 2 – 5 ekor/ml media.Disamping itu pada hari ke tujuh belas (D17) larva mulai diberi pakan Artemia yang telah berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia umur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya dewasa sampai larva berumur 50 hari. Skema jenis dan pemberian pakan larva kerapu dapat dilihat pada Gambar 3. Pemberian pakan dengan cincangan daging ikan mulai dicoba pada saat metamorfosa larva sempurna menjadi benih ikan kerapu.

D. Pengelolaan Kualitas Air.

​

Bak penetasan telur yang sekaligus merupakan bak pemeliharaan larva perlu dijaga kualitas airnya dengan penambahan phytoplankton Chlorella, dengan kepadatan 5.103 – 104 sel/ml. Phytoplankton akan menggeliminir pembusukkan yang ditimbulkan oleh telur yang tidak menetas dan sisa cangkang telur yang ditinggalkan. Pembersihan dasar bak dengan cara penyiponan dilakukan pada hari pertama dengan maksud untuk membuang sisa-sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur. Penggantian air dilaksanakan pertama kali pada saat larva berumur 6 hari (D6) yaitu sebanyak 5 – 10%. Penggantian air dilakukan setiap hari dan dengan bertambahnya umur larva, maka volume air yang perlu diganti juga semakin banyak.Pada saat larva telah berumur 30 hari (D30) pengganti air dilakukan sebanyak 20% dan bila larva telah berumur 40 hari (D40) air yang diganti sebanyak 40%.

E. Pengelolaan Pakan.

​

  • Ikan kerapu merupakan ikan laut yang buas (karnivora ) dan sifat kanibalisme akan muncul jika kekurangan pakan .oleh sebab itu pakan yang diberikan harus cukup baik kualitas maupun kuantitas . pakan yang baik harus emenuhi gizi ikan kerapu berupa : protein, karbohidrat, lemat, mineral, dan vitamin, sehingga ikan yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik.

  • Keberhasilan pembenihan ikan kerapu sangat tergantung pada kecukupan pakan. Pemberian pakan harus tepat agar pakan yang diberikan dapat efisien dikonsumsi ikan yang dipelihara dan memberikan kelansungan hidup dan pertumbuhan yang baik sehingga penggunaan pakan menjadi efisien, karena berkaitan dengan pencernaan dan pemakaian energi. Pemilihan jenis dan ukuran pakan yang tepat akan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan pakan. Pakan yang digunakan dapat berupa pakan alami/ pakan segar atau pakan buatan.

bottom of page